What’s on your mind if you’re reading “rumah tangga”? Does it mean “rumah” and “tangga”?

Rumah tangga adalah sebuah frasa yang sarat makna. Masing-masing kata yang membentuk frasa tersebut memiliki arti yang tidak begitu sederhana jika ditelaah. Menurut KBBI, rumah tangga adalah yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah (spt hal belanja rumah); berkenaan dengan keluarga. Namun, jika seseorang bertanya padaku, apa itu rumah tangga, aku akan memberikan jawaban yang berbeda, jawaban dengan analogi-analogiku sebagai orang awam yang belajar dengan mengamati hal-hal di sekitar.

Menurutku rumah tangga adalah bangunan kehidupan yang diawali dengan ikrar suci dua insan yang diucapkan dalam suatu momen yang disebut pernikahan. Bangunan itu bukanlah sekedar bangunan kehidupan baru yang menaungi dua individu yang menjalani kehidupan bersama. Lebih dari itu, rumah tangga merupakan ruang dan media belajar hal-hal baru untuk mencapai hal-hal yang baru pula.

Layaknya sebuah rumah, kata pertama frasa tersebut, dibangun dengan berbagai elemen, dari fondasi hingga atapnya. Jika rumah dalam arti sebenarnya dibangun dengan batu, semen, dan material-material yang lain, fondasi rumah dalam rumah tangga dibangun atas dasar kasih sayang atau cinta. Meskipun demikian, ada yang mengatakan fondasi itu haruslah agama. Agama memang dasar utama kehidupan kita di dunia, namun dalam membangun rumah tangga, diperlukan elemen utama lain yang dapat memperkuat, yaitu kasih sayang atau cinta. Agama mengajarkan kasih sayang atau cinta, namun belum tentu dua hal tersebut ditemukan dalam suatu rumah tangga. Beberapa orang mungkin telah mengalami hal ini, ambil saja pernikahan karena perjodohan sebagai contoh: membangun rumah tangga bersama seseorang yang belum lama dikenal dengan alasan menyempurnakan agama. Selanjutnya kehidupan mereka berlangsung seperti sekedar formalitas; menjalankan kewajiban & saling menghormati tanpa adanya kasih sayang atau cinta yang menghangatkan kehidupan sehingga semuanya adalah rutinitas. Yang mungkin terasa adalah keseganan dan keseganan. Mungkin sebenarnya mereka merasakan keadaan tersebut, namun tak mengacuhkannya. Bagi mereka yang beruntung, kasih sayang atau cinta akan muncul di tengah-tengah perjalanan dan akhirnya semuanya menyesuaikan. Oleh karena itu, kasih sayang atau cinta sangat lah penting sebagai fondasi rumah tangga, tentunya menyertai elemen utamanya yang lain, yaitu agama.

Selain fondasi, bagian-bagian lain dari sebuah rumah sangatlah penting untuk mewujudkan sesuatu yang disebut rumah. Jika rumah dalam arti sebenarnya memiliki dinding, pintu, jendela, tangga, atap, dan dilengkapi dengan perabotan, rumah dalam “rumah tangga” pun dilengkapi dengan kepercayaan, canda tawa, tanggung jawab, rasa menghargai, ilmu, serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

Selanjutnya bagian kedua dari frase “rumah tangga” adalah tangga. Dalam arti sebenarnya, tangga digunakan untuk mencapai, mengambil, atau menjangkau sesuatu di tempat yang tinggi. Dengan demikian, tangga dalam frasa tersebut menguatkan bahwa dalam suatu rumah tangga yang dibangun ada tujuan- tujuan yang pasti ingin dicapai. Tujuan tersebut adalah tujuan bersama, bukan lagi individual.

Dengan demikian, rumah tangga merupakan kehidupan baru yang dibangun berdasarkan agama yang dilengkapi dengan kasih sayang atau cinta; suatu kehidupan baru yang memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau mimpi-mimpi bersama yang ingin diwujudkan.

–kacabiru–